Apa yang kalian pikirkan soal makanan Jepang? Sushi, mi ramen, mi soba, takoyaki, okonomiyaki kah? Bagi para pelajar di Jepang sana, sudah menjadi kebiasaan untuk membawa bekal makanan tiap hari ke sekolah. Dari bekal yang sederhana sampai bekal yang super ribet. Di Indonesia pun kebiasaan untuk membawa bekal juga sudah ada sejak lama karna para orang tua akan lebih memilih membuatkan bekal yang sehat untuk anaknya, daripada membeli jajanan luar yang belum terjamin kebersihannya. Namun, seiring perkembangan zaman, orang-orang mulai memilih bekal yang cepat saji. Berikut ini ada sedikit penjelasan mengenai bentou dan berbagai jenisnya.
Bentō (弁当 atau べんとう) atau o-bentō adalah istilah bahasa
Jepang untuk makanan bekal berupa
nasi berikut lauk-pauk dalam kemasan praktis yang bisa dibawa-bawa dan dimakan
di tempat lain. Seperti halnya nasi
bungkus, bentō bisa dimakan sebagai makan
siang, makan malam, atau bekal piknik.
Bentō biasanya dikemas untuk porsi satu orang, walaupun dalam arti luas
bisa berarti makanan bekal untuk kelompok atau keluarga. Bento dibeli atau
disiapkan sendiri di rumah. Ketika dibeli, bentō sudah dilengkapi dengan sumpit sekali pakai, berikut penyedap rasa
yang disesuaikan dengan lauk, seperti kecap
asin atau saus uster dalam kemasan mini.
Ciri khas bentō adalah pengaturan jenis lauk dan warna agar sedap dipandang serta
mengundang selera. Bento dapat pula dihias dan disusun rapi dalam gaya yang
disebut kyaraben. Kemasan bento
selalu memiliki tutup, dan wadah bentō bisa berupa kotak atau nampan segi
empat dari plastik,kotak roti, atau kotak kayu kerajinan tangan yang dipernis.
Ibu rumah tangga di Jepang dianggap perlu terampil menyiapkan bentō, walaupun
bentō bisa dibeli di mana-mana. Di Indonesia, hidangan ala bento mulai
dipopulerkan jaringan restoran siap saji Hoka
Hoka Bento sejak tahun 1985.
Sejarah
Pada akhir zaman
Kamakura, orang Jepang mengenal makanan praktis berupa nasi yang ditanak dan
dikeringkan. Makanan ini disebut hoshi-ii (nasi kering) dan dibawa di dalam tas
kecil. Hoshi-ii bisa dimakan begitu saja, atau direbus di dalam air sebelum
dimakan. Di zaman Azuchi Momoyama (1568-1600), orang sudah mulai senang
makan di luar, dan kotak kayu yang dipernis digunakan sebagai wadah membawa
makanan. Bentō mulai dikenal sebagai makanan praktis dalam kesempatan hanami atau upacara
minum teh.
Pada zaman Edo (1603-1867), kebudayaan bentō semakin
meluas di kalangan rakyat banyak. Orang yang bepergian atau berwisata membawa
makanan praktis yang disebut koshibentō (bentō di pinggang). Isinya beberapa onigiri yang dibungkus daun bambu, atau nasi
di dalam kemasan kotak beranyam dari bambu yang diikatkan di pinggang. Salah
satu jenis bentō yang disebutmakunouchi bentō populer di kalangan rakyat yang menonton pertunjukan noh dan kabuki. Bentō dimakan
sewaktu pergantian layar panggung (maku) sehingga dinamakan makunouchi bentō. Di zaman
Edo, cara memasak, mengemas, dan menyiapkan bentō untuk kesempatan hanami dan hinamatsuri sudah diterbitkan dalam buku resep
masakan.
Penjualan
paket nasi yang disebut ekiben (駅弁 bentō stasiun) dimulai sejak zaman Meiji. Ekiben dimaksudkan untuk
dinikmati di atas kereta, dan sering merupakan hidangan khas dari daerah tempat
stasiun kereta api tersebut berada. Stasiun KA Utsunomiya (Prefektur Ibaraki) merupakan salah
satu stasiun yang mengklaim sebagai penjual ekiben yang pertama. Pada 16 Juli 1885, di Stasiun KA Utsunomiya dijual ekiben berupa dua buah onigiri berisi umeboshi dan potongan asinan lobak (takuan)
dengan pembungkus daun bambu. Bekal
bentō yang dibawa murid dan guru juga mulai populer di zaman Meiji. Jam
pelajaran baru selesai di petang hari, dan sekolah-sekolah belum memiliki dapur
dan kafetaria yang menyediakan makan siang. Selain bentō berisi nasi,
penjual bentō juga mulai menyediakan bentō ala Eropa berisi sandwich.
Pada zaman Taisho (1912 - 1926),
perbedaan kaya-miskin yang tajam seusai Perang
Dunia I menimbulkan gerakan
sosial untuk menghentikan kebiasaan membawa bentō ke sekolah. Bentō dituduh
sebagai sarana pamer kekayaan bagi anak orang berada yang mampu membawa nasi ke
sekolah.
Pada awal zaman Showa, kotak dari aluminum untuk membawa bento sangat digemari
orang Jepang dan merupakan barang mewah. Setelah Perang Dunia II, tradisi membawa bentō secara
berangsur-angsur hilang sejalan dengan semakin banyaknya sekolah yang
menyediakan ransum makan siang.
Bentō kembali
populer di tahun 1980-an setelah dikenal kemasan kotak plastik polistirena sekali pakai, oven microwave, dan semakin meluasnya
toko kelontong 24 jam. Sementara itu, bentō buatan ibu kembali mulai digemari, dan
tradisi membawa bentō dari rumah hidup kembali. Keahlian menyiapkan bentō untuk
anak-anak merupakan kebanggaan tersendiri bagi ibu rumah tangga. Lauk seperti sosis dan nori dipotong-potong atau digunting untuk
dijadikan hiasan, seperti daun, bunga, binatang, hingga karakter anime.
Jenis-jenis
Shōkadō bentō (松花堂弁当)
Bentō yang dihidangkan di dalam kotak kayu dengan tutup yang bisa menutup dengan
rapat, dan di dalamnya terdapat pembatas untuk membagi wadah menjadi 4 bagian.
Chūka bentō (中華弁当, bentō masakan Cina)
Kemasan bentō berisi makanan Cina.
Kamameshi bentō (釜飯弁当, bentō nasi periuk)
Bentō yang menggunakan periuk tanah liat sebagai kemasan.
Makunouchi bentō (幕の内弁当)
Bentō tradisional berisi nasi dan lauk.
Noriben (海苔弁)
Bentō berisi nasi ditutupi nori (rumput laut kering) yang sudah dicelupkan ke dalam kecap asin (soyu).
Hinomaru bentō (日の丸弁当)
Bentō yang hanya terdiri dari nasi putih dan sebuah umeboshi yang
diletakkan di tengah-tengah seperti bendera Jepang.
Istilah
yang terkait
Hoka bentō (ホカ弁, bentō panas)
Bentō yang dibeli dari rumah makan bentō untuk dibawa pergi, disertai nasi panas yang baru
dimasak (hokahoka) disertai menu sampingan yang baru matang pula.
Istilah ini populer setelah munculnya Hokka Hokka Tei.
Shidashi bentō (仕出し弁当, bentō kiriman)
Bentō yang tidak dibuat di rumah, melainkan dibeli di penjual bento atau rumah
makan.
Hayaben (早弁 bentō lebih awal)
Perbuatan murid sekolah yang memakan bentō sebelum waktu makan siang
tiba.
Soraben (空弁 bentō udara)
Bentō yang dijual di bandar udara.
Rokeben (ロケ弁 bentō lokasi)
Bentō yang disediakan di lokasi syuting film atau acara televisi.
Aisai bentō (愛妻弁当 bentō istri tercinta)
Bentō yang disiapkan istri di rumah untuk suami di kantor.
Reitō mikan (冷凍ミカン jeruk beku)
Pencuci mulut berupa jeruk yang dibekukan dan dijual di stasiun KA atau di
atas KA bersama ekiben.
Sebenarnya, kegiatan membuat bentou itu sendiri ada manfaat tersembunyinya loh.. Salah satunya, kita akan menjadi lebih kreatif dalam berkreasi membuat bentou (bekal). Jadi, untuk apa menunggu lagi? Bahan-bahannya yang mudah didapatkan dan dibuat sendiri akan membuat bentou kita lebih berisi dan menarik.
credit to the owner of pict and wikipedia